Beranda | Artikel
Kitabul Jami Bab 2 - Hadits 10 - Larangan Memandang Rendah Suatu Kebaikan
Minggu, 11 Oktober 2020

Larangan Memandang Rendah Suatu Kebaikan

Oleh DR. Firanda Andirja, Lc. MA

عَنْ أَبِيْ ذَرٍّ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه و سلم : “لاَ تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ.” أَخْرَجَهُ مُسْلِمٌ.

Dari Abu Dzarr radhiallahu ‘anhu ia berkata, Rasūlullāh ﷺ bersabda, “Janganlah kamu meremehkan kebaikan apapun, meskipun kau bertemu dengan saudaramu dengan wajah berseri-seri.” (HR. Imām Muslim)

Pembaca yang dirahmati oleh Allāh ﷻ. Hadits ini menjelaskan kepada kita bahwasanya syari’at memotivasi kita untuk berbuat kebaikan apapun dalam bentuk apa pun. Seluruh yang namanya kebaikan hendaknya kita lakukan karena sabda Nabi ﷺ,

لاَ تَحْقِرَنَّ

“Jangan sekali-sekali engkau meremehkan.”

Dalam lafal di atas, terdapat “nun taukid” dengan ditasydidkannya huruf nun. Hal ini merupakan bentuk penekanan, sehingga maknanya, “jangan sekali-kali engkau meremehkan”,

مِنَ الْمَعْرُوْفِ شَيْئاً

“Kebaikan sekecil apapun juga (jangan kau remehkan).”

Maka kemudian Rasūlullāh ﷺ mencontohkan,

وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ

“Meskipun engkau bertemu dengan saudaramu dengan wajah tersenyum.”

Pembaca yang Allāh ﷻ, tersenyum ketika bertemu saudara merupakan kebaikan. Kebaikan akan dibalas oleh Allah dengan kebaikan pula, meskipun kita menganggap kebaikan kebaikan itu sangat kecil. Bahkan meskipun kadangkala kebaikan itu ia tidak lagi dianggap sebagai suatu kebaikan karena sudah menjadi kebiasaan, seperti tersenyum ketika bertemu saudara ini.

Allāh ,

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

“Barangsiapa yang melakukan kebaikan sebesar dzarrah, maka dia akan melihat.” (QS. Al-Zalzalah: 7)

Allāh tidak akan melupakan kebaikan apapun meskipun sebesar dzarrah. Dzarrah menurut sebagian Ahli Tafsir bisa dimaknai dengan salah satu dari tiga makna berikut ini.

1).  Semut kecil, dimana semut kecil itu seandainya kita letakkan di daun timbangan untuk mengetahui berapa beratnya, seakan-akan tidak terasa beratnya. Jika semut itu berada di pundak kita, kita tidak akan merasa kalau ada semut di sana karena saking ringannya. Artinya, kalau ada orang berbuat kebaikan meskipun beratnya sebesar semut ini (sampai tidak terasa atau tidak disadari), maka Allāh tetap akan membalas kebaikan itu. Karenanya, jangan diremehkan dan balasannya akan ada dihari kiamat kelak.

2).  Dzarrah juga diartikan dengan sisa debu yang menempel di tangan. Misalnya seseorang kedua telapak tangannya dalam kondisi kotor penuh dengan pasir atau debu, kemudian dia tepukkan kedua tangannya sampai ia merasa bersih, namun sebenarnya masih tersisa butiran-butiran kecil di tangannya, itulah dzarrah.

Kalau kita ambil satu butir dari butiran-butiran yang tersisa di telapak tangan itu kemudian kita timbang, maka tidak  akan ketahuan berapa beratnya, saking ringannya. Itulah dzarrah.

3).  Dzarrah adalah butiran-butiran debu yang terlihat tatkala terkena cahaya matahari. Misalnya seorang membuka jendela maka masuklah cahaya matahari. Di saat itu akan terlihat butiran-butiran debu di udara. Itulah dzarrah.

Artinya, kalau kita ambil satu butir dan kita timbang tidak akan terasa beratnya. Namun di sisi Allāh , Allāh tahu beratnya dan Allāh akan beri balasannya.

Kata Allāh ﷻ,

فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ

“Barangsiapa melakukan kebaikan sebesar dzarrahpun, Allāh akan berikan balasan.”

Oleh karenanya Rasūlullāh ﷺ melarang kita untuk meremeh-kan kebaikan apapun. Ingatlah, Allāh Maha Tahu. Allāh berfirman,

وَمَا تَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

“Kebaikan apapun yang kalian lakukan maka Allāh Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 215)

Meskipun orang lain tidak menyadari betul bahwa kita tersenyum kepadanya, atau ia tidak peduli dengan senyuman itu, bahkan kita sendiri mungkin melupakannya, tetapi Allāh tidak lupa.

Allāh mengatakan,

فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Sesungguhnya Allah mengetahuinya

Allāh mengetahui senyumanmu tersebut, Allāh mengetahui kebaikanmu tersebut, dan Dia akan membalasnya.

Oleh karena itu, hendaknya kita berusaha melakukan kebaikan apapun bentuknya dan seberapa pun kecilnya. Meskipun orang lain melupakan kebaikan kita atau bahkan kita sendiri melupakan kebaikan kita, tetapi Allāh tidak akan lupa dan Allāh akan memberikan ganjaran di akhirat kelak.

Para pembaca yang dirahmati Allāh ﷻ, betapa kita butuh dengan kebaikan di akhirat kelak karena di akhirat kelak kita butuh timbangan kebaikan kita menjadi berat. Allāh ﷻ berfirman,

فَأَمَّا مَن ثَقُلَتْ مَوَازِينُهُ  فَهُوَ فِي عِيشَةٍ رَّاضِيَةٍ

“Adapun orang yang timbangan kebaikannya lebih berat, maka dia akan berada dalam kehidupan yang dia senangi.” (QS. Al-Qāri’ah: 6-7)

Oleh karenanya, hendaknya kita berusaha memperberat timbangan kebaikan kita dengan cara melakukan kebaikan sekecil apa pun, termasuk senyum kepada saudara ketika bertemu. Ingatlah, hal itu akan menambah beratnya timbangan kebaikan kita di akhirat, karenanya jangan diremehkan. Biasakan memasang mimik wajah berseri-seri ketika bertemu dengan saudara. Jangan memasang mimik wajah yang muram, kusam, dan garang.

Terkadang setan datang menggambarkan kepada kita kalau kita tersenyum kepada orang lain seakan-akan kita rendah. Karenanya kita lebih senang memasang mimik wajah yang masam, dingin, atau bahkan terkesan galak agar tampak seakan-akan kita orang yang berwibawa. Jangan demikian wahai saudaraku! Jauhkan kesombongan dan keangkuhan! Senyumlah dan tawaddu’-lah! Apalagi itu berpahala dan memperberat timbangan kebaikan kita di akhirat! Tebarkanlah senyuman, niscaya anda akan mendapatkan ganjaran sebanyak-banyaknya di sisi Allāh ﷻ.

Wallahu a’lam.


Artikel asli: https://firanda.com/4148-kitabul-jami-bab-2-hadits-10-larangan-memandang-rendah-suatu-kebaikan.html